MUHASABAH
Saudaraku,
Al Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata,
متى رزق العبد انقيادا للحق وثباتا عليه فليبشر، فقد بشر بكل خير، وذلك فضل الله يؤتيه من يشاء.
"Kapan saja seorang hamba dikaruniai sikap tunduk kepada kebenaran dan kekokohan di atasnya, maka hendaklah dia bergembira, karena sesungguhnya dia telah diberi kabar gembira akan mendapatkan semua kebaikan, dan itu adalah keutamaan dari Allah yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki."
(Thariq Al Hijratain 2/347)
Al Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah juga berkata,
والذنوب للقلب بمنزلة السموم، إن لم تهلكه أضعفته ولا بُدَّ، وإذا ضعفت قوته لم يقدر على مقاومة الأمراض. قال طبيب القلوب عبدالله بن المبارك :
رأيت الذنوب تميت القلوب .. وقد يورث الذل إدمانها
وترك الذنوب حياة القلوب .. وخير لنفسك عصيانها.
"Kedudukan dosa bagi hati bagaikan racun. Jika racun itu tidak membinasakannya, maka mesti ia akan melemahkannya. Jika kekuatan hati telah lemah, maka ia tidak akan mampu menahan serangan berbagai penyakit."
Sang "Tabib Hati" Abdullah bin Mubarak telah berkata,
"Aku menyaksikan dosa-dosa telah mematikan hati dan kecanduan dosa akan mewariskan kehinaan. Meninggalkan dosa-dosa akan memberikan kehidupan bagi hati dan yang terbaik bagi dirimu adalah berupaya untuk menghindarinya."
(Zadul Ma'ad 4/186)
Saudaraku,
Orang cerdas itu menyiapkan bekal untuk matinya, yaitu amal shalih yang ditujukan ikhlas hanya karena Allah Azza wa Jalla. Tulus untuk mengetuk ridha Allah Azza wa Jalla...
Tak ada yang paling berharga dari hamba Allah Azza wa Jalla kecuali amalnya. Segala baktinya yang ditujukan ikhlas demi mengharap ridha-Nya. Sekecil apa pun amal itu. Karena kecil besar dalam pandangan kita, berbeda dalam pandangan Allah Azza wa Jalla...
Bila semua yang dilakukan kita niatkan sebagai ibadah, sebagai sarana meraih ridha Allah Azza wa Jalla, pasti hidup kita akan tenang...
Saudaraku,
Satu hal penting dalam hidup adalah memiliki tujuan. Kita harus bisa menjawab: "untuk apa kita hidup dan apa yang harus kita lakukan untuk mengisinya?"
Memahami secara benar tujuan hidup, akan membuat semua yang kita lakukan lebih terarah, terfokus dan kita pun bisa terhindar dari perbuatan sia-sia. Orang yang memiliki tujuan, walau lambat jalannya, itu jauh lebih baik daripada orang yang melakukan percepatan tapi tidak memiliki tujuan. Walau lambat, asal istiqamah melangkah, insyaAllah ia akan sampai ke tempat tujuan...
Barulah kita menyadari bahwa bukan harta, tahta dan megah-megahan pula yang kita butuhkan untuk bekal menghadap Allah Rabbul ‘Izzati, Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Keras Siksa-Nya...
Allah Azza wa Jalla, sebenarnya telah menegur kita sejak di dunia ini bahwa semua kenikmatan di dunia ini akan Allah Azza wa Jalla tanya dengan sangat jelas dan teliti, dalam firman-Nya,
أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ ( ) حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ( ) كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ( ) ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ( ) كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ ( ) لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ ( ) ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ ( ) ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ ( )
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).”
(QS. At-Takatsur: 1 - 8)
Saudaraku,
Lalu, kalau begitu, apa yang sebenarnya kita cari? Jika kita mengkaji Al-Qur'an, maka sudah sangat jelas, tidak lain dan tidak bukan yang kita cari dan harapkan sepanjang hidup ini adalah mardhatillah, ridha Allah Azza wa Jalla...
Allah Azza wa Jalla mengingatkan di dalam Al-Qur'anul Karim,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”
(QS. Al-Baqarah: 207)
جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.”
(QS. Al-Bayyinah: 8)
Ridha Allah Azza wa Jalla, itulah yang menjadi jaminan hamba-hamba-Nya dimasukkan ke dalam syurga yang penuh dengan kenikmatan sesungguhnya, abadi, dan kekal selama-lamanya...
Ini artinya, setiap kita berkata, bertindak, melangkah bahkan berpikir dan berprasangka, yang pertama dan utama kita camkan adalah apakah hal tersebut diridhai Allah Azza wa Jalla? atau jangan-jangan itu perbuatan dosa yang dilarang Allah Azza wa Jalla?
Saudaraku,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kita di dalam sabdanya,
الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
“Kebajikan itu keluhuran akhlaq sedangkan dosa adalah apa-apa yang dirimu merasa ragu-ragu dan kamu tidak suka jika orang lain mengetahuinya.”
(HR. Muslim)
Maka, akan lebih baik jika kita senantiasa meningkatkan kinerja kita, mencari penghasilan yang halal, mencoba hidup berhemat dan _qana'ah_ apa yang kita peroleh sambil mensyukurinya. InsyaAllah hal itu sudah cukup, bahkan Allah Azza wa Jalla yang akan mencukupkan dengan kekuasaan dan keberkahan rizki-Nya...
Maka dengan demikian, kita pun hanya berharap kepada Allah Azza wa Jalla. Firman-firman-Nya memang sudah menjaminkan seperti itu,
وَلَوْ أَنَّهُمْ رَضُوا مَا ءَاتَاهُمُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ سَيُؤْتِينَا اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللَّهِ رَاغِبُونَ
“Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah”, (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).”
(QS. At-Taubah: 59)
…..وَكَفَى بِاللَّهِ وَلِيًّا وَكَفَى بِاللَّهِ نَصِيرًا
“…..Dan cukuplah Allah menjadi Pelindung bagimu. Dan cukuplah Allah menjadi Penolong bagimu.”
(QS. An-Nisa: 45)
Saudaraku,
Dalam menggapai ridha Allah Azza wa Jalla itu, tentu seringkali kita berhadapan dengan godaan-godaan keduniaan, ajakan-ajakan kemungkaran, serta rayuan-rayuan penuh dosa kemaksiatan, yang seakan-akan menjadikan kita merugi besar jika tidak mengikuti godaan, ajakan, dan rayuan penuh dosa itu. Tetapi ingatlah, bahwa justru itu semua adalah memang sedang menguji kita agar kita tetap kokoh dan teguh meniti jalan yang diridhai-Nya...
Demikian pula jika terjadi kontradiksi antara perbuatan yang mendatangkan ridha Allah Azza wa Jalla dengan mayoritas pendapat keluarga, kolega, kerabat, atau rekan-rekan kita sekalipun. Maka kita akan tetap memilih keridhaan Allah Azza wa Jalla tanpa keraguan sedikitpun di dalam hati. Mendahulukan Allah Azza wa Jalla, Rasul-Nya dan jihad di jalan Allah Azza wa Jalla jauh lebih membahagiakan jiwa-jiwa Muslim daripada yang lainnya...
Saudaraku,
Allah Azza wa Jalla mengingatkan kita di dalam firman-Nya,
قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّىٰ يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ ۗ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.”
(QS. At-Taubah: 24)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۚ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَىٰ مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيم
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
(QS. An-Nuur: 21)
Saudaraku,
Dengan adanya visi mencari ridha Allah Azza wa Jalla, maka segala tindakan misi hidup akan diarahkan hanya kepada ridha Allah Azza wa Jalla. Itulah manusia visioner, yang memiliki wawasan jauh ke depan hingga ke alam akhirat. Sehingga ia dapat merasakan adanya syurga dan adanya neraka persis di hadapannya. Manakala ia berbuat kebaikan, beramal shalih, berinfaq dan bershadaqah, ia dengan jelas telah melihat syurga calon tempat tinggalnya. Lalu, ia pun rela berlama-lama dalam kebaikannya itu, sampai-sampai ia ingin menghadap Allah Azza wa Jalla dalam kebaikannya itu, atau yang disebut dengan _husnul khatimah,_ penutup dalam keadaan baik. Semoga kita termasuk di dalamnya, Aamiin Ya Rabb...
Sebaliknya, manakala ia berbuat maksiat, mungkar, atau zalim, segera tak berlama-lama ia pun kembali ke jalan yang benar, seraya beristighfar, dan bertaubat kepada-Nya. Jangan sampai dirinya mengakhiri hidupnya dalam keadaan _su’ul khatimah,_ penutup dalam keburukan. _Na’udzubillahi min dzalik._ Kita tentu berlindung dari hal yang demikian,
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).”
(QS. Ali Imran: 8)
Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa memenuhi sisa umur kita dengan amal-amal shalih, menjauhi dari segala perbuatan dosa untuk meraih ridha-Nya...
Aamiin Ya Rabb.
Wallahua'lam bishawab
0 Komentar