MUHASABAH
Saudaraku,
Salah satu kaidah kehidupan yang perlu kita pahami dan yakini agar tak larut dalam kesedihan panjang adalah bahwa "tidak ada takdir yang keliru." Apa yang kita harapkan terjadi pada kita dan ternyata tak terwujud nyata terjadi pada kita tidaklah bermakna bahwa takdir yang salah tempat, salah orang, salah waktu dan salah sasaran. Bukankah memang tak setiap keinginan harus menjadi kenyataan?
Apa yang memang menjadi takdir kita pasti akan tiba pada kita betapapun menurut nalar kita sesuatu itu tidak mungkin menjadi takdir kita. Pertanyaannya kemudian adalah "siapakah yang paling menentukan sesuatu itu menjadi takdir kita? Kitakah? Atau kekuatan luar biasa yang ada di luar kemampuan kita? Bagi segenap pembelajar makna hidup yang sering mencari tahu hakikat kaidah kehidupan pasti memiliki jawaban yang sama: "Ada Allah Azza wa Jalla yang Maha Kuasa yang mengatur dan menentukan semuanya."
Orang yang tak beriman kepada Allah Azza wa Jalla akan menghabiskan waktu menyalahkan orang lain, menyalahkan apapun yang memungkinkan dirinya memiliki alasan kuat menolak kenyataan. Sikap semacam ini akan mengantarkan pelakunya gagal untuk bersabar dan bersyukur demi masa depan yang lebih cerah. Inilah pesan rahasia yang terkandung dalam kalimat innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun. (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya). Pesan dan semangat kalimat inilah sesungguhnya cara paling tepat untuk menghibur diri dari kegagalan diri meraih takdir yang diharapkan...
Saudaraku,
Marilah kita tanamkan kesadaran dalam diri kita bahwa kita adalah seorang hamba. Bisanya kita adalah berusaha, berdoa dan bertawakkal. Selanjutnya adalah kehendak dan kuasa Allah Azza wa Jalla yang menentukan segalanya. Kehendak, pengaturan dan kuasa-Nya adalah yang terbaik karena Dia adalah Dzat Yang Maha Baik, Maha Bijak, Maha Indah dan segenap sifat sempurna lainnya...
Saudaraku,
Dalam Al Qur’an Allah Azza wa Jalla berfirman,
أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَافِي السَّمَآءِ وَاْلأَرْضِ إِنَّ ذَلِكَ فِي كِتَابٍ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرٌ {70}
“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.”
(QS. Al Hajj: 70)
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَيَعْلَمُهَآ إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَافِي الْبَرِّوَالْبَحْرِ وَمَا تَسْقُطُ مِن وَرَقَةٍ يَعْلَمُهَا وَلاَحَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ اْلأَرْضِ وَلاَرَطْبٍ وَلاَيَابِسٍ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مًّبِينٍ {59}
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).”
(QS. Al An’am: 59)
Sedangkan dalil dari As Sunnah, di antaranya adalah sabda Rasulullah shalallhu ‘alaihi wa salam,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.”
Saudaraku,
Kita harus mengimani bahwa kehendak Allah Azza wa Jalla meliputi segala sesuatu, baik yang terjadi maupun yang tidak terjadi, baik perkara besar maupun kecil, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, baik yang terjadi di langit maupun di bumi. Semuanya terjadi atas kehendak Allah Azza wa Jalla, baik itu perbuatan Allah Azza wa Jalla sendiri maupun perbuatan makhluknya...
Allah Azza wa Jalla menciptakan segala sesuatu baik yang besar maupun kecil, yang nyata dan tersembunyi. Ciptaan Allah Azza wa Jalla mencakup segala sesuatu dari bagian makhluk beserta sifat-sifatnya. Perkataan dan perbuatan makhluk pun termasuk ciptaan Allah Azza wa Jalla...
Dalil kedua prinsip di atas adalah firman Allah Azza wa Jalla,
اللهُ خَالِقُ كُلِّ شَىْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ وَكِيلٌ {62} لَّهُ مَقَالِيدُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِئَايَاتِ اللهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ {63}
“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. Kepunyaan-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi.”
(QS. Az Zumar: 62-63)
وَاللهُ خَلَقَكُمْ وَمَاتَعْمَلُونَ {96}
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu“.”
(QS. As Shafat: 96)
Saudaraku,
Beriman dengan benar terhadap takdir bukan berarti meniadakan kehendak dan kemampuan manusia untuk berbuat. Hal ini karena dalil syariat dan realita yang ada menunjukkan bahwa manusia masih memiliki kehendak untuk melakukan sesuatu...
Allah Azza wa Jalla telah berfirman tentang kehendak makhluk,
ذَلِكَ الْيَوْمُ الْحَقُّ فَمَن شَآءَ اتَّخَذَ إِلىَ رَبِّهِ مَئَابًا {39}
“Itulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya.”
(QS. An Nabaa’: 39)
نِسَآؤُكُمْ حَرْثُ لَّكُمْ فَأْتُوا حَرْثَكُمْ أَنَّى شِئْتُمْ… {223}
“Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.”
(QS. Al Baqarah: 223)
Adapun tentang kemampuan makhluk Allah Azza wa Jalla menjelaskan,
فَاتَّقُوا اللهَ مَااسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنفِقُوا خَيْرًا لأَنفُسِكُمْ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ {16}
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu . Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
(QS. At Taghabun: 16)
لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَاكَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَااكْتَسَبَتْ رَبَّنَا …{286}
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.”
(QS. Al Baqarah: 286)
Sedangkan realita yang ada menunjukkan bahwa setiap manusia mengetahui bahwa dirinya memiliki kehendak dan kemampuan. Dengan kehendak dan kemampuannya, dia melakukan atau meninggalkan sesuatu. Ia juga bisa membedakan antara sesuatu yang terjadi dengan kehendaknya (seperti berjalan), dengan sesuatu yang terjadi tanpa kehendaknya, (seperti gemetar atau bernapas). Namun, kehendak maupun kemampuan makhluk itu terjadi dengan kehendak dan kemampuan Allah Azza wa Jalla karena Allah Azza wa Jalla berfirman,
لِمَن شَآءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ {28} وَمَاتَشَآءُونَ إِلآَّ أَن يَشَآءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ {29}
“(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.”
(QS. At Takwiir: 28-29)
Dan karena semuanya adalah milik Allah Azza wa Jalla maka tidak ada satu pun dari milik-Nya itu yang tidak diketahui dan tidak dikehendaki oleh-Nya...
Saudaraku,
Takdir ada ketetapan Allah Azza wa Jalla sebelum penciptaan langit dan bumi ketika Allah Azza wa Jalla menciptakan qalam (pena). Allah Azza wa Jalla berfirman,
قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلاَّ مَاكَتَبَ اللهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَا وَعَلَى اللهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ {51}
“Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakkal.”
(QS. At Taubah: 51)
Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita tetap istiqamah senantiasa berdoa, berusaha dan bertawakkal kepada Allah Azza wa Jalla untuk meraih ridha-Nya...
Aamiin Ya Rabb.
Wallahua'lam bishawab
0 Komentar