MUHASABAH
Saudaraku,
Kebanyakan manusia sibuk berhias diri pada penampilan fisik, namun mengabaikan kebersihan hati. Padahal, hati paling utama untuk ditata karena menjadi penilaian Allah Azza wa Jalla. Hanya sedikit orang yang sadar untuk sibuk membersihkan hatinya dari segala macam penyakit hati...
Dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.”
(HR. Muslim no. 2564)
Kita harus senantiasa menyempatkan diri untuk memeriksa hati kita, karena hati kita sangat mudah kotor dengan noda-noda dosa. Memang sudah seharusnya kita setiap hari memikirkan kebersihan hati dan juga amal. Dengan kita memperdalam ilmu agama nantinya hati kita makin bersih dan InsyaAllah amalnya juga diterima oleh Allah Azza wa Jalla...
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengingatkan kepada kita bahwa jika hati cenderung lurus maka luruslah seluruh diri kita, sedangkan jika melenceng hati kita, maka tersesatlah seluruh diri kita. Sebagaimana Allah Azza wa Jalla berfirman,
إِلَّا مَنْ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”
(QS. Asy-Syu’ara: 89)
Orang-orang yang menghadap Allah Azza wa Jalla dengan hati yang bersih, yaitu orang yang tidak melakukan kesyirikan, kemunafikan, riya' dan juga kesombongan. Semua amal ibadah yang kita lakukan harus ikhlas hanya karena Allah Azza wa Jalla...
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنتُمْ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan."
(QS. Al-Hadid: 4)
Dalam buku Tafsir _Al-‘Usyr Al-Akhir_ dari Al Quran Al-Karim dijelaskan Ash-Shidiq (benar atau jujur) adalah pokok dari seluruh amalan hati. Lafaz Ash-Shidiq digunakan dalam enam makna, yaitu benar dalam ucapan, benar dalam keinginan dan maksud (ikhlas), benar dalam tekad, benar dalam janji, benar dalam amalan sehingga lahiriahnya bersesuaian dengan batinnya seperti khusyuk dalam sholat, dan benar dalam seluruh perkara agama...
Itulah derajat yang tertinggi dan termulia. Seperti benar dalam rasa takut, harapan, zuhud, ridha, tawakal, rasa cinta, dan seluruh amalah hati lainnya. Maka barang siapa yang memiliki sifat benar dalam segala perkara di atas, maka ia adalah “Siddiq” (yang membuktikan ucapan dengan perbuatannya).
Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
“Hendaklah kalian bersikap benar atau jujur, karena kebenaran itu akan mengantarkan pada kebaikan dan kebaikan itu akan menyampaikan ke surga. Seseorang itu selalu berlaku benar dan berusaha mencarinya hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang berlaku benar."
(Mutaffaq 'Alaihi)
Saudaraku,
Allah Azza wa Jalla tak selalu memberikan apa yang kita mau. Tapi jelas bahwa Allah Azza wa Jalla pasti memberikan apa yang kita butuhkan.
Allah Azza wa Jalla mengirimkan orang senang memuji kita agar kita paham makna apresiasi. Allah Azza wa Jalla mengirimkan orang yang menghina kita agar kita tahu sakitnya rasa dicaci. Allah Azza wa Jalla mengirimkan orang yang mencintai kita agar kita mengerti akan tingginya nilai cinta. Allah Azza wa Jalla mengirimkan orang yang mengkhianati kita agar kita tahu sedihnya dikhianati. Semua itu adalah agar kita menjadi manusia yang sepenuhnya manusia...
Menjadi manusia yang manusia adalah menjadi manusia yang memiliki kepekaan hati untuk mempersembahkan yang terbaik dan memiliki kesediaan jiwa untuk menerima _lakon_ kehidupan apa adanya. Ketika ikhsan dan ridha seperti ini berkumpul, di mana lagi derita akan bertempat dalam sisi kehidupan kita...
Setidaknya, paling tidak, terangilah dunia kita tanpa harus meredupkan cahaya orang lain…
Manusia pada dasarnya tidak bisa hidup tanpa orang lain. Saling berbagi, saling membantu, saling bekerja sama, saling melengkapi dan saling menyempurnakan adalah anugerah dari Allah Azza wa Jalla untuk kehidupan manusia. Segala skenario yang telah Allah Azza wa Jalla tetapkan menjadi garis kehidupan yang harus dilalui setiap manusia. Malam menelan mentari namun langkah kaki masih berjalan pada waktu yang menuntun setiap kehidupan manusia. Segala masalah yang menghampiri harus dapat dijadikan pelajaran untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Tak perlu resah dan meredupkan cahaya orang lain. Cukup jalani saja dengan cara kita dan nikmati setiap proses kehidupan kita. Jika hari kemarin adalah kesalahan semoga hari ini menjadi awal sebuah proses untuk menjadikan kita agar hidup lebih baik. Hari yang cerah akan segera menghampiri kita. Jalanlah terus tak usah gusar, ragu apa lagi takut...
Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa bersikap benar, karena kebenaran itu akan mengantarkan pada kebaikan dan kebaikan itu akan menyampaikan ke surga dan ridha-Nya...
Aamiin Ya Rabb.
Wallahua'lam bishawab
0 Komentar