Bismillah
Setiap manusia pasti menghadapi kondisi yang berubah-ubah dalam hidupnya. Tangis dan tawa, sedih dan sedang terus datang dan pergi bergantian.
Tak terkecuali bagi orang-orang mukmin. Mereka yang menjalani hidup dengan keimanan kepada Allah juga tak lepas dari masalah kehidupan. Ujian dan cobaan datang silih berganti bahkan terkadang ia ditimpa cobaan yang sangat berat hingga seakan tak ada lagi solusi dan jalan keluar.
Semua pintu seakan tertutup. Semua jalan keluar seakan menjadi buntu. Maka dalam posisi semacam ini seorang mukmin tidak memiliki tempat mengadu kecuali hanya kepada Allah swt.
Disaat-saat seperti ini lisannya akan menyampaikan keluhan dari dalam hatinya dengan tulus tanpa sandiwara…
Air matanya menetes mengharapkan pertolongan dari satu-satunya Dzat yang mampu merubah keadaannya…
Lisannya tak henti berdzikir memuji Allah dan memohon ampunan atas dosa-dosanya…
Keluh kesahnya hanya ditujukan kepada Allah. Dzat Yang Maha Rahmat dan penuh kasih sayang.
Disinilah maqam tertinggi para Auliya’ Allah. Ketika ia menampakkan kehinaan dan kelemahannya dihadapan Allah..
Ketika ia yakin bahwa tidak ada yang mampu menyelesaikan masalahnya kecuali Allah..
Ketika tidak ada lagi harapan kepada makhluk dan menggantungkan seluruh harapannya hanya kepada Allah..
Disaat seperti inilah seorang mukmin akan merasakan lezatnya munajat dan nikmatnya mengadu kepada Allah.
Yaitu ketika ia lari dari semua pintu dan hanya mengetuk pintu rahmat-Nya. Ketika ia berputus asa dari semua makhluk dan hanya berharap bantuan dari Sang Khaliq.
Hal ini mengingatkan kita pada kisah Nabi Ya’qub yang tenggelam dalam munajatnya kepada Allah. Berkeluh kesah hanya kepada-Nya hingga kisahnya di abadikan didalam Al-Qur’an dalam firman-Nya,
قَالَ إِنَّمَآ أَشۡكُواْ بَثِّي وَحُزۡنِيٓ إِلَى ٱللَّهِ وَأَعۡلَمُ مِنَ ٱللَّهِ مَا لَا تَعۡلَمُونَ
Dia (Yakub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS.Yusuf:86)
Kita juga teringat pada rintihan Nabi Yunus as dalam perut ikan ketika bermunajat kepada Allah.
لا إِلَٰهَ إِلَّآ أَنتَ سُبۡحَٰنَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ
“Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zhalim.” (QS.Al-Anbiya’:87)
Begitupula dengan rintihan Nabi Musa as ketika lari dari kejaran Fir’aun dan sampai di suatu kota. Beliau beristirahat dibawah sebuah pohon seraya berdoa,
رَبِّ إِنِّي لِمَآ أَنزَلۡتَ إِلَيَّ مِنۡ خَيۡرٖ فَقِيرٞ
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan (makanan) yang Engkau turunkan kepadaku.” (QS.Al-Qashash:24)
Dan kita tidak akan lupa dengan munajat Rasulullah saw ketika beliau diusir dan dilempari batu di kota Thoif. Dengan hati yang penuh kesedihan karena umat menyimpang dan tidak menerima seruan beliau, dengan kaki yang berdarah, Rasul berteduh dibawah pohon lalu bermunajat kepada Allah.
اللَّهُمَّ إِنِي أَشْكُوا إلَيْكَ ضَعْفَ قُوَّتِي وَ قِلَّةِ حِيْلَتِي وَهَوَانِ عَلَى النَّاسِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِين
أَنْتَ رَبُّ المُسْتَضْعَفِين وَ أَنْتَ رَبِّي
“Ya Allah aku mengadu kepadamu atas lemahnya kekuatanku, sedikitnya kemampuanku dan kerendahanku dihadapan manusia. Wahai Yang Maha Pengasih dari semua yang pengasih.
Engkau lah Tuhan orang-orang yang lemah dan Tuhan Kami.”
Manusia merasa tidak butuh kepada Allah disaat ia merasa cukup dengan kemampuan dirinya. Disaat seorang hamba merasa tidak memiliki sesuatu dihadapan Allah, maka disitulah ia akan merasakan lezatnya mengadu dan bermunajat kepada-Nya.
Dalam kondisi inilah air mata tulus yang menetes dari matanya akan membasuh kotoran hati dan semua kegelisahan. Dan kemudian air mata itu akan menyuburkan ketenangan dan ketentraman dalam hatinya.
Bila anda ingin merasakan kelezatan dalam bermunajat dan nikmatnya mengadu kepada Allah maka yakinilah bahwa anda tidak mampu melakukan apa-apa dan hanya Allah yang mampu menyelesaikan semua masalah anda.
0 Komentar